Manado  

Festival Pertengahan Musim Gugur, Meiriany Laukati: Sejarah dan Makna Mooncake Simbol Persaudaraan

Manado, Harapannews.net – Festival Pertengahan Musim Gugur (Zhōngqiū Jié, 中秋节) adalah salah satu perayaan tradisional penting masyarakat Tionghoa yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8 kalender lunar, saat bulan purnama paling indah. Festival ini dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga, menikmati keindahan bulan, dan berbagi mooncake (kue bulan).

*Sejarah Mooncake*

– Dinasti Zhou (3.000 tahun lalu): Festival musim gugur dirayakan sebagai bentuk syukur atas panen raya dengan mempersembahkan sesaji kepada bulan.
– Dinasti Tang (618–907 M): Mooncake mulai populer sebagai sajian istimewa saat perayaan bulan purnama dan dijadikan hadiah untuk keluarga atau sahabat.
– Dinasti Yuan (1271–1368 M): Legenda menyebut mooncake digunakan untuk menyelundupkan pesan rahasia dalam pemberontakan melawan Mongol. Karena itu, mooncake juga menjadi simbol perjuangan dan kebebasan.
– Dinasti Ming & Qing: Tradisi saling memberi mooncake makin berkembang dengan variasi rasa dan bentuk.*Legenda Chang’e – Dewi Bulan*

Kisah cinta Hou Yi dan Chang’e menjadi legenda yang menyertai festival ini. Hou Yi, sang pemanah, menyelamatkan bumi dengan memanah 9 matahari dan diberi obat keabadian. Namun istrinya, Chang’e, demi melindungi obat itu dari pencuri, menelannya sendiri dan akhirnya naik ke bulan, tinggal selamanya sebagai Dewi Bulan. Sejak itu, masyarakat menghormati bulan sebagai lambang cinta, kesetiaan, dan kerinduan keluarga.

*Makna Filosofis Mooncake*

– Bulat: melambangkan bulan purnama, kesempurnaan, dan kebersamaan.
– Rasa manis: doa untuk hidup bahagia, damai, dan sejahtera.
– Kuning telur asin di dalam: simbol bulan purnama yang utuh.

*Tradisi Masa Kini*

Hari ini, mooncake hadir dengan berbagai varian:

– Tradisional: pasta kacang merah, biji teratai, kacang hijau.
– Modern: cokelat, green tea, keju, durian, hingga es krim.

Mooncake menjadi simbol doa, persaudaraan, dan kebahagiaan, serta hadiah penuh makna yang diberikan kepada keluarga, sahabat, dan relasi.

*Filosofi Mooncake*

Filosofi mooncake tetap sama sejak ribuan tahun lalu: merayakan kebersamaan, mengucap syukur, dan mendoakan kesejahteraan bagi semua.

Ketua Perwanti Sulut, Meiriany Laukati mengatakan, festival mooncake atau festival pertengahan musim gugur bukan hanya sekedar tradisi budaya Tionghoa.

“Sebuah simbol kebersamaan, cinta kasih, dan doa bagi keluarga serta sahabat. Mooncake yang berbentuk bulat mengingatkan kita akan pentingnya persatuan, keharmonisan, serta rasa syukur atas berkat kehidupan,”ucap Meiriany.

Persaudaraan Wanita Tionghoa Indonesia (PERWANTI) Sulawesi Utara memandang festival ini sebagai kesempatan untuk memprerat persaudaraan lintas budaya, menjaga warisan leluhur, dan sekaligis mengajarkan generasi muda arti kebersamaan.

“Semoga festival ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus merawat persatuan, menebarkan kasih, dan melangkah bersama menuju masa depan yang lebih baik,” Ketua PERWANTI Sulut.

Penulis: (Isnu)Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *